Tentang Vitamin D

Jan 11, 2024

Negara tropis seperti Indonesia digadang-gadang menjadi ‘gudang’ Vitamin D alami. Yuk kupas tuntas mengenai Vitamin D untuk si kecil disini.

Kekurangan vitamin D bahkan sudah ada sejak lama bahkan sebelum pandemi yang kemarin mulai trend dengan berjemur untuk meningkatkan Vit D. Prof Aman Pulungan ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia pada tahun 2011 saat meneliti anak- anak sekolah di Jakarta menemukan bahwa 75% sampel anak sekolah yang diteliti mengalami kekurangan vitamin D. Penelitian lain yang dilakukan di luar Jakarta juga menemukan hal serupa, mulai dari bayi yang baru lahir sampai remaja semuanya berisiko kekurangan Vitamin D. 

Berdasarkan data South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) tahun 2011 dengan lokasi penelitian mencakup 48 kabupaten di Indonesia, hanya 5,6% anak di Indonesia yang cukup kadar vitamin D dalam darahnya.

Agak aneh jika kita sadari kenapa bisa anak-anak Indonesia banyak yang kekurangan vitamin D, padahal tinggal di negara tropis yang berlimpah ruah sinar mataharinya.

KENAPA VITAMIN D MENJADI UNSUR PENTING UNTUK ANAK?

Selama ini kita mengenal Vitamin D sebagai Vitamin yang berperan dalam penyerapan kalsium pada tulang. Jika terjadi gangguan mineralisasi lempeng pertembuhan dan matriks tulang, maka akan terjadi kondisi yang dinamakan Rickets alias tulangnya bengkok.

Tapi sebenarnya Vitamin D punya peran lebih dari itu. Vitamin D juga bukan sekadar vitamin, Vitamin D pada dasarnya adalah sebuah hormon juga, senyawa kimiawi yang mengatur berbagai macam proses dalam tubuh, agar tubuh dapat berjalan dengan normal.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit tidak menular maupun penyakit menular. Kekurangan vitamin tersebut meningkatkan risiko kelainan metabolisme tulang, tumor, penyakit kardiovaskular, penyakit yang berhubungan dengan proses autoimun seperti diabetes mellitus dan rematoid artritis, serta penyakit neuropsikiatri. Akibat lain dari kurangnya vitamin D adalah kejadian infeksi paru-paru seperti tuberkulosis dan influenza juga berisiko untuk meningkat.

Dengan kata lain, kekurangan vitamin D membuat anak-anak kita gampang sakit.

 

APA YANG MENYEBABKAN ANAK INDONESIA KEKURANGAN VIT D?

  • Ibu hamilnya kurang vitamin D / tidak minum suplementasi Vitamin D rutin
  • Bayi prematur lebih berisiko untuk kekurangan vitamin D
  • Pemberian ASI/sufor saja  tidak cukup untuk memenuhi kadar vitamin D
  • Kekurangan asupan makanan yang tinggi vitamin D (misal berbagai jenis ikan, keju)
  • Kekurangan paparan sinar matahari. Sinar matahari yang dapat meningkatkan sintesis vitamin D di kulit itu adalah yang memiliki pancaran kuat radiasi UV B, di jam 10-15 siang kira-kira. Agak sulit memang, belum lagi kulit kita yang mayoritas gelap ini membutuhkan waktu yang lebih lama terpapar sinar matahari agar sintesis vitamin D berjalan optimal.
  • Obesitas. Vitamin D itu larut lemak, jadi ketika seorang anak mengalami kelebihan berat badan atau sampai obesitas, vitamin D-nya bakal lebih banyak terserap di lemak daripada di bagian tubuh yang lain.
  • Konsumi obat-obatan tertentu, seperti beberapa obat anti kejang, dan antiretroviral.

 

LANTAS SOLUSINYA APA AGAR TERHINDAR DARI KEKURANGAN VIT D?

  • Ibu hamil dan ibu menyusui direkomendasikan untuk minum suplementasi vitamin D rutin
  • Anak usia di bawah 12 bulan, minum suplemen vitamin D 400 IU/hari, untuk di atas setahun 600 IU/hari. Atau bisa konsultasi langsung juga ke dokter yang merawat rutin anaknya, berapa konsumsi vitamin D yang direkomendasikan, karena bisa jadi ada kondisi tertentu yang mengharuskan dosisnya menjadi lebih tinggi
  • Kegiatan outdoor rutin di sekitar rumah
  • Jika anak overweight/obesitas, asuhan nutrisi diperhatikan hingga anak mencapai berat badan ideal
  • Konsumsi secara rutin makanan yang tinggi vitamin D (misal ikan-ikanan dan keju)

Jika Anda menunjukkan tanda-tanda kekurangan vitamin D, seperti tulang bengkok, mudah patah tulang, atau perawakan pendek, segera dibawa ke dokter karena mungkin membutuhkan pemeriksaan dan terapi khusus.

 

Photo by Freepik

Back to top