Begini Caranya Untuk Mencegah Alergi Pada Bayi

Jan 11, 2024

Alergi menjadi salah satu hal yang mengganggu untuk bayi, ketahui detail penting mengenai alergi di artikel ini.

Apakah kelainan kulit yang dialami bayi/anaknya itu termasuk alergi atau tidak, terus apa bisa dicegah agar anak tidak punya alergi?

Sistem kekebalan tubuh manusia menunjukkan reaksi berlebihan pada alergen tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi pada orang biasa. Ini dikenal sebagai alergi. Misalnya, bagi mereka yang alergi kacang, makan kacang tidak harus menyebabkan reaksi tubuh karena kacang hanyalah makanan biasa dan bukan sesuatu yang berbahaya. Namun, orang yang alergi kacang mengalami gejala alergi seperti gatal, batuk, dan bengek ketika mereka makan kacang, dan lain lain.

Bagaimana dengan bayi dan balita? Kapan kita bisa mengira gejala mereka adalah alergi?

Alergi dapat menyebabkan gejala pada kulit, seperti kemerahan, gatal, atau gejala pada saluran napas, seperti batuk, meler, atau mengi, atau bisa juga menyebabkan gejala pada saluran cerna, seperti sakit perut, kolik, atau diare. Jika gejalanya sering hilang timbul, terutama setelah paparan tertentu, seperti makanan, susu, atau suhu dingin kemungkinan besar ada alergi. Jadi, jika anda ingin berkonsultasi dengan dokternya, anda dapat menyampaikan informasi tersebut kepada dokter. Lebih baik mencegah anak terkena alergi karena dapat mengganggu kualitas hidup, pertumbuhan, atau rentan terhadap penyakit tertentu.

Bagaimana cara menghentikannya? Sifat alergi itu bukan diturunkan dari ibu dan bapaknya?

Memang benar bahwa kemungkinan anak akan terkena alergi meningkat hingga 40-60% jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat alergi. Namun, memilih pasangan yang tidak hanya bebas alergi, tetapi juga sesuai dengan bibit, bebet, dan berat badan juga sulit. Mencari pasangan yang sesuai dengan kita dan disetujui orang tua juga sulit, terutama jika ditambah syarat bebas alergi. Selain itu, jika salah satu dari kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya, belum tentu anaknya tidak akan mengalami alergi. Meskipun anaknya kecil, masih ada kemungkinan 5–15 persen untuk mengembangkan alergi juga. Ada tiga jenis pencegahan alergi: primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan alergi primer bertujuan untuk mencegah anak menjadi alergi, sedangkan pencegahan alergi sekunder dan tersier mencegah anak menjadi alergi agar tidak menyebar. 

berikut sedikit tips untuk mencegah dan mengurangi alergi:

BERIKAN ASI EKSLUSIF (6 BULAN)

Beberapa bagian dari ASI berfungsi sebagai imunomodulator, yang berarti mereka dapat membantu sistem kekebalan bayi bekerja dengan baik. Immunoglobulin A dan laktoferin sangat berperan dalam mengontrol mikrobiota usus, yang dapat mencegah alergi. Menurut beberapa penelitian, ASI eksklusif selama enam bulan dapat membantu bayi menghindari alergi dan asma. Bagaimana jika seseorang tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada anaknya, tetapi mereka memiliki risiko yang tinggi? Anda dapat menggunakan sufor, tetapi susu formulanya terhidrolisat parsial atau ekstensif untuk menghindari alergi. Konsultasikan dengan dokter anak-nya tentang cara terbaik untuk mengonsumsi sufor. Jelas, akan ada biaya tambahan untuk mencegah alergi dengan sufor ini—lebih baik menggunakan ASI.

Tidak ada aturan khusus untuk makanan yang diberikan kepada anak-anak yang sudah waktunya MPASI; namun, jika alergi muncul, makanan tersebut harus dihindari. Sampai saat ini, belum ada bukti bahwa pemberian probiotik, prebiotik, atau sinbiotik dapat mencegah alergi.

HINDARI ASAP ROKOK

Ini benar, jelas, selain meningkatkan risiko pneumonia pada anak. Pajanan asap rokok selama kehamilan atau setelah kelahiran sangat berhubungan dengan asma pada anak dan juga berhubungan dengan risiko anak terkena alergi.

Dalam hal asap rokok, tidak perlu terlalu panjang. Sangat penting untuk menjaga kesehatan bayi dan anak.

Jadi, dua ikhtiar terpenting untuk mencegah bayi terkena alergi adalah memastikan ASI eksklusif dan menghindari asap rokok. Alergi bikin bayi tidak nyaman, jadi lebih baik mencegah daripada mengalaminya sampai terdiagnosis.

 

Photo by Freepik

Back to top